INSKA NEWS, Depok – Ketika mendengar nama Kairo, banyak orang akan langsung mengaitkannya dengan Al-Azhar, universitas bergengsi yang telah menjadi pusat ilmu dan budaya Islam selama berabad-abad. Namun, tahukah Anda bahwa Indonesia—negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia—kini tengah menghadirkan warisan serupa dalam wujud modern?
Di kawasan Cisalak, Sukmajaya, Depok, berdiri megah sebuah kampus seluas 142 hektare dengan desain arsitektur modern: Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) atau U Tiga. Kampus ini tidak hanya menjadi institusi pendidikan, tetapi juga cerminan visi besar Indonesia: menjadikan Islam Nusantara sebagai kekuatan intelektual global yang moderat, inklusif, dan berlandaskan nilai kemanusiaan.
Filosofi di Balik Arsitektur UIII
UIII bukan sekadar sekumpulan bangunan futuristik. Tiga bangunan utamanya—masjid, perpustakaan, dan rektorat—dirancang membentuk simbol anak panah jika dilihat dari udara. Setiap bangunan mengandung makna filosofis mendalam:
Masjid yang luasnya mencapai 5.002 meter persegi melambangkan hati (qalbu), pusat nilai dan spiritualitas.
Perpustakaan menjadi simbol kepala, representasi akal dan intelektualitas.
Gedung Rektorat menggambarkan tangan dan kaki, simbol dari kerja, aksi, dan pengelolaan.
Filosofi ini menjadi dasar pengoperasian kampus: menjaga keseimbangan antara nilai, ilmu pengetahuan, dan tindakan nyata.
Visi: Dari Indonesia untuk Dunia
Menurut Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, salah satu intelektual di balik lahirnya UIII, kampus ini hadir sebagai jawaban atas tantangan global.
“Sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar, Indonesia tidak cukup hanya dikenal karena angka. Kita harus berkontribusi dalam kualitas pemikiran, partisipasi global, dan nilai kemanusiaan yang mendasar,” jelas akademisi asal Sumatera Barat ini.
Pembangunan UIII dimulai pada 2018 dan resmi beroperasi pada 2021. Sejak saat itu, kampus ini telah meluluskan dua angkatan program pascasarjana. Saat ini, UIII menawarkan empat fakultas utama dan menerima mahasiswa dari berbagai negara. Menariknya, seluruh mahasiswa—baik lokal maupun internasional—mendapat beasiswa penuh. Skema ini menciptakan ruang kolaborasi tanpa batas sosial, geografis, maupun ideologis.
Prinsip Dasar dan Karakter Inklusif
UIII dibangun di atas tiga prinsip utama: integritas/moralitas, kebenaran/ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan. Prinsip ini diimplementasikan dalam kurikulum, tata kelola kampus, hingga desain kawasan yang ramah lingkungan, dilengkapi ECO Sanctuary Park, ruang terbuka hijau, dan gedung fakultas berkonsep green building.
Keunikan UIII terletak pada pendekatan inklusifnya. Kampus ini tidak menutup diri, melainkan membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin memahami Islam dalam konteks global yang damai dan progresif. UIII bukan replika Al-Azhar atau universitas Islam lainnya di dunia. Sebaliknya, ia menjadi representasi Islam Indonesia—Islam yang santun, moderat, dan menghargai keberagaman.
Arah Masa Depan
Ke depan, UIII menargetkan komposisi mahasiswa 50 persen internasional dan 50 persen lokal. Langkah ini diharapkan menjadikan UIII sebagai pusat pertemuan intelektual dunia Islam dan jendela bagi dunia untuk mengenal Islam ala Nusantara—Islam yang ramah, berpengetahuan, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan visi besar ini, UIII bukan sekadar kampus, tetapi sebuah gagasan untuk memperkuat peran Indonesia di panggung global. Di tengah dinamika dunia yang kompleks, UIII menjadi simbol bahwa Islam Indonesia mampu hadir sebagai inspirasi, menawarkan wajah peradaban yang harmonis, toleran,
Atril