Aceh Barat (INSKA NEWS) – Salah satu perwakilan nelayan Aceh Barat, Deni Irsandi, menyampaikan kekecewaannya atas kurangnya perhatian pemerintah dan lembaga terkait terhadap insiden tenggelamnya armada nelayan di Muara Krueng Cangkoi, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, pada Rabu (6/8/2025).
Menurut Deni, permasalahan kedangkalan muara ini bukan hal baru, namun belum juga mendapatkan penanganan serius dari pihak berwenang.
“Masalah ini sudah saya sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPRK, tetapi tidak ada tindak lanjut. Hanya dibahas di atas meja tanpa ada eksekusi nyata di lapangan,” ujarnya, Selasa (5/8/2025).
Ia menyoroti kurangnya peran dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) serta lembaga adat Panglima Laot dalam menyikapi persoalan yang berdampak langsung pada keselamatan dan mata pencaharian para nelayan.
“Ini contoh nyata. Saya bicara dari hati yang paling dalam, tanpa kepentingan pribadi. Ketika musibah seperti ini terjadi, tidak ada bantuan sama sekali. Jika ada pernyataan dari Panglima Laot yang mengaku telah membantu, saya pastikan itu tidak benar,” tegasnya.
Deni menambahkan, beberapa kapal mengalami kerusakan parah akibat tenggelam, seperti mesin dan papan kapal yang rusak karena terendam air. Ia mengaku, insiden seperti ini sudah sering terjadi, mengingat rumahnya hanya berjarak sekitar 60 meter dari lokasi kejadian.
“Sudah ada sekitar tujuh hingga sembilan kapal yang tenggelam, tapi tetap belum ada respons dari pemerintah maupun Panglima Laot,” ungkapnya.
Para nelayan berharap agar Pemerintah Kabupaten Aceh Barat segera melakukan normalisasi muara Krueng Cangkoi dan memberikan bantuan konkret, bukan sekadar janji atau pernyataan di atas kertas.(mmn)