INSKA NEWS, Bekasi, Padang Panjang Di sebuah nagari kecil di kaki Bukit Barisan, cerita tentang tokoh-tokoh besar yang menembus panggung nasional tak pernah habis. Salah satu yang layak disebut adalah Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA — akademisi, birokrat, penulis, dan pemikir pendidikan Islam kontemporer.
Lahir pada 19 Desember 1960 dari pasangan guru SD di Padang Panjang, Amsal tumbuh dalam keluarga sederhana yang menanamkan nilai ilmu, tanggung jawab, dan semangat merantau. Pendidikan dasarnya diselesaikan di kampung, lalu ia melangkah ke Pondok Pesantren Gontor, Jombang, yang terkenal melahirkan lulusan berkarakter dan berwawasan luas.
Semangat belajarnya membawanya ke IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN Jakarta). Di kampus inilah ia meniti karier dari dosen hingga Wakil Rektor Bidang Akademik. Gelar magister, doktor, dan profesor pun diraihnya di institusi yang sama. Saat ini, ia mengajar di UIN Jakarta sekaligus menjabat Direktur SDM dan Pengembangan Bisnis di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Kepakarannya meliputi Filsafat, Tasawuf, dan Ilmu Kalam. Puluhan buku telah lahir dari tangannya, dan ratusan mahasiswa telah ia bimbing. Pengabdiannya juga tercatat di Kementerian Agama RI, khususnya dalam penelitian dan pengembangan pendidikan tinggi Islam.
Bagi Prof. Amsal, dukungan orang tua adalah kunci sukses. “Mereka bukan hanya mendoakan, tapi mendampingi secara moral dan spiritual,” ujarnya. Ia meyakini pendidikan sebagai tangga perubahan nasib dan merantau sebagai cara membuka cakrawala. “Belajar dari Barat untuk metodologi dan sains, dari Timur untuk nilai-nilai spiritual Islam. Pulang ke tanah air dengan ilmu, maka kita akan dicari, bukan mencari,” tegasnya.
Visinya kini adalah menjadikan UIII sebagai pusat peradaban ilmu Islam global, setara dengan Universitas Al-Azhar di Mesir atau Universitas Islam Madinah di Saudi Arabia. Ia ingin kampus ini menjadi rumah bagi pencari ilmu dari seluruh dunia, yang memadukan keilmuan modern dengan nilai-nilai keislaman yang moderat.
Pesannya untuk generasi muda sederhana namun mendalam: “Keberhasilan bukan proses instan. Butuh tempaan, pengalaman, dan keberanian berjuang. Adab dan akhlak adalah fondasi utama pendidikan.”
Kisah hidup Prof. Amsal membuktikan, dari kampung terpencil pun bisa lahir pemimpin dunia. Modalnya: mimpi besar, kerja keras, keberanian merantau, dan doa orang tua.
(Atril)