dr. Mahayasa, Menanam Generasi Emas dari Kandungan, Menyelamatkan Bangsa dari Rumah Tangga

INSKA NEWS

INSKA NEWS,Tabanan, Bali – Di tengah gemuruh arus modernisasi dan tantangan zaman yang makin kompleks, seorang psikiater asal Tabanan, Bali, dengan tenang namun tegas menyuarakan hal mendasar yang sering terlewatkan: pentingnya pendidikan pra nikah. Dialah dr. Mahayasa, seorang dokter jiwa yang tidak hanya memahami manusia dari sisi klinis, tetapi juga menyelami secara mendalam akar pembentukan karakter anak sejak dini—bahkan sejak dalam kandungan.

Baginya, generasi emas 2045 tak bisa lahir dari keberuntungan semata. Ia harus disiapkan, dirawat, dan dipahami dari titik awal: calon ayah dan ibu yang sadar akan perannya sebagai pembentuk peradaban.

“Kalau kita ingin Indonesia hebat, kita harus mulai dari dua orang: calon suami dan istri. Pendidikan pra nikah bukan soal hukum agama atau syarat administratif semata. Ini soal masa depan bangsa,” ujar dr. Mahayasa saat ditemui di kediamannya yang juga menjadi pusat diskusi para tokoh pendidikan dan kesehatan di Tabanan.

Golden Age: Dimulai Sejak Nol

Dalam setiap sosialisasinya, dr. Mahayasa mengangkat urgensi golden age atau masa emas anak yang sering luput dipahami para orang tua muda. Ia menjelaskan dengan rinci fase-fase kritis perkembangan anak:

Usia 0 – 1,5 tahun, anak bukan hanya butuh susu dan tidur, tapi juga ketenangan dan kehangatan emosional. “Ibu yang tenang akan melahirkan anak yang tenang. Ini bukan mitos, ini ilmu. Anak menyerap ketegangan emosional ibunya dari dalam kandungan,” jelasnya.
Bahkan anak.dan ibu dwi tunggal.pada fase ini.
Apa yg dialami ibu secara emosional bayi akan merasakannya.
Apabila fase awal.ini tdk terselesaikan akan menjadi generasi pen CEMAS dikemudian hari

Usia 1,5 – 3 tahun, anak butuh kebebasan gerak, eksplorasi, dan pengakuan. Ia menekankan bahwa di masa ini, ayah dan ibu harus hadir bukan hanya secara fisik, tapi juga memahami kebutuhan dasar perkembangan motorik dan keingintahuan anak.
Mulainya pendidikan disiplin awal seperti toliet training
Bila fase ini tdk terselesaikan dengan baik akan menjadi generasi yang kurang bisa mandiri

Usia 3 – 5 tahun, anak mulai bersosialisasi. Di sinilah dr. Mahayasa mengkritik penggunaan smartphone yang berlebihan pada anak-anak. “Kalau sejak kecil anak sudah asyik dengan gawai, siapa yang mengajarkannya mengenali emosi orang lain?” tanyanya retoris.
Dan di usia inilah anak di imunisasi mentalnya
Dengan bersosialisasi anak akan banyak masalah diluar dg lingkungan diluar keluarga, dan anak menyelesaikannya sendiri shg sdh terbiasa anak menyelesaikan masalahnya sendiri.
Apabila fase ini tdk terselesaiksn dengan baik bisa kedepan menjadi generasi yang kurang bisa bersosialisasi dan mempunyai daya tahan mental yang lemah dan kurang percaya diri.

Konsistensi Sosialisasi & Peran KPAI – PHDI

Sebagai pengurus KPAI dan PHDI Kab Tabanan , dr. Mahayasa tak hanya bicara di ruang praktiknya. Ia turun langsung ke masyarakat, menyuarakan pentingnya pemahaman psikologis anak, mendampingi keluarga-keluarga yang mengalami masalah, dan mendorong pemerintah untuk menempatkan pendidikan pra nikah sebagai syarat esensial dalam pernikahan.

Ia juga menyambut positif program Kang Dedi Mulyadi, yang memberikan pembinaan melalui “barak” bagi anak-anak yang terlanjur salah asuh. “Tapi ini cara instan. Bagus, tapi bukan jangka panjang. Yang jangka panjang adalah menyadarkan para calon orang tua dari awal. Kita tidak bisa terus memadamkan api kalau tak pernah menutup sumber apinya,” tegasnya.

Dari Psikiater ke Entrepreneur Edukasi

Uniknya, dr. Mahayasa juga dikenal sebagai seorang pengusaha di bidang kuliner. Ia mendirikan resto dan kafe di Tabanan yang bukan hanya menjadi tempat makan, tetapi juga pusat diskusi dan edukasi.

“Kalau media seperti AsMEN mau bikin seminar pra nikah atau simposium tentang golden age, tempat ini terbuka. Kita bisa undang tokoh agama, budayawan, dan psikiater. Karena ini kerja kolektif,” ucapnya dengan mata berbinar.

Restonya, yang terletak di tengah pepohonan rindang, sering menjadi tempat berkumpulnya aktivis pendidikan, komunitas orang tua, hingga para influencer yang peduli isu keluarga dan tumbuh kembang anak.

Menuju Generasi Emas 2045

Apa yang dilakukan dr. Mahayasa memang tidak langsung terlihat seperti pembangunan infrastruktur besar atau program nasional yang mentereng. Tapi ia yakin, membangun manusia sejak dini adalah bentuk pembangunan paling fundamental.

“Karakter bangsa dibentuk dari rumah. Dan rumah itu dibentuk dari dua orang yang memilih saling mencintai dan bertanggung jawab. Maka, pendidikan pra nikah harus jadi gerakan nasional,” pungkasnya.

Dengan semangat yang tulus, wawasan keilmuan yang mendalam, serta jejaring sosial dan spiritual yang luas, dr. Mahayasa terus melangkah menanam benih emas untuk masa depan Indonesia.(mmn)

Also Read

Tags

Ads - Before Footer