INSKA NEWS,Probolinggo – Di tengah derasnya arus informasi dan pemberitaan yang kadang kurang berimbang, Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur, menegaskan kembali perannya sebagai tempat kegiatan sosial dan spiritual. Sering disalahpahami sebagai pesantren, padepokan ini justru berfokus sebagai wadah bagi masyarakat yang mencari ketenangan batin dan ingin berkontribusi dalam kegiatan kemasyarakatan.
Menurut pengurus padepokan, tempat ini tidak menggelar sistem pendidikan formal seperti pesantren. Aktivitas keagamaannya berjalan seperti biasa, antara lain salat berjamaah lima waktu, pengajian rutin, dan pelaksanaan ibadah Ramadan. “Kami tidak mengajarkan ajaran menyimpang. Semua kegiatan kami sesuai dengan ajaran Islam yang moderat,” ujar salah satu tokoh pengurus yang telah lebih dari satu dekade mengabdi di padepokan.
Kontribusi Sosial: Dari Kurban hingga Bantuan Kemanusiaan
Dikenal luas oleh masyarakat sekitar, Dimas Kanjeng dan padepokannya rutin menggelar berbagai kegiatan sosial. Salah satu kegiatan tahunan yang menjadi sorotan adalah penyembelihan hewan kurban. Pada Idul Adha 1446 H lalu, sebanyak tujuh ekor sapi dan tiga belas kambing dibagikan kepada warga kurang mampu, tidak hanya di Probolinggo, tetapi juga di sejumlah wilayah lain di Jawa Timur.
“Kami selalu berusaha menjangkau masyarakat yang kesulitan, bahkan yang tinggal di pelosok,” ungkap Mas Yanto, Koordinator Lapangan Kegiatan Sosial. Selain kurban, padepokan juga mengadakan pengobatan gratis, distribusi sembako selama Ramadan, serta santunan bagi anak yatim tanpa memandang latar belakang agama atau status sosial.
Dukungan Forkopimda dan Peran Kemitraan
Kegiatan sosial padepokan turut mendapat perhatian dan dukungan dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Probolinggo. Sejumlah pejabat, termasuk dari unsur TNI, kepolisian, dan pemerintah daerah, hadir dalam berbagai kegiatan besar, seperti pengajian akbar dan perayaan hari besar Islam.
Camat setempat menyebut, keberadaan padepokan telah membantu mengurangi beban masyarakat, terutama pasca-pandemi. “Selama mereka terbuka dan transparan, kami mendukung. Ini bentuk kolaborasi sosial yang dibutuhkan masyarakat,” ujar salah satu pejabat TNI.
Tanggapan atas Pemberitaan Negatif
Meski aktif dalam kegiatan positif, nama Dimas Kanjeng pernah menjadi sorotan media dengan pemberitaan negatif yang dinilai tidak sepenuhnya akurat. Pengurus padepokan menyayangkan pemberitaan yang tidak berdasarkan verifikasi atau konfirmasi langsung di lapangan.
“Kami terbuka terhadap kritik, tapi kami berharap media juga menjalankan fungsi kontrolnya secara adil. Silakan datang dan lihat langsung apa yang terjadi di sini,” ujar seorang tokoh perempuan di padepokan.
Pengurus juga mengajak media dan publik untuk tidak terjebak pada narasi yang tidak berdasar, dan berharap jurnalis independen turut hadir untuk menyaksikan langsung kegiatan di lokasi.
Hidup Sederhana, Menjaga Kebersamaan
Padepokan Dimas Kanjeng dikenal dengan gaya hidup sederhana. Para penghuni tinggal di rumah-rumah biasa, menjalankan aktivitas sehari-hari seperti berkebun, berdagang, hingga membantu di dapur umum. Banyak yang datang bukan untuk belajar agama secara formal, melainkan mencari ketenangan batin.
“Kami hidup bersama karena niat yang sama: membantu sesama, beribadah, dan menjaga kesederhanaan,” ujar salah satu penghuni asal Nusa Tenggara Timur.
Rencana ke Depan: Konsisten Memberi Manfaat
Ke depan, padepokan berencana memperluas kontribusinya melalui pendirian dapur umum permanen, penyediaan ambulans gratis, dan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis UMKM. Semua inisiatif ini diklaim dilakukan tanpa tujuan politis atau mengejar popularitas.
Keluarga Padepokan Dimas Kanjeng berharap keberadaannya bisa dinilai dari realitas di lapangan dan kontribusinya yang nyata bagi masyarakat.(mmn)