INSKA NEWS, Kota Bekasi, 9 Agustus 2025 — Di hadapan calon wartawan muda, akademisi dan praktisi jurnalistik Mohammad Nasir berbagi pengalaman dan tips berharga dalam dunia kewartawanan.
Itu disampaikan Nasir saat menjadi salah satu tim penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan LUKW FIKOM UPDM B Universitas Moestopo bekerjasama dengan Asistensi Media Nasional (AsMEN) di Studio AsMEN, Jalan Puncak Cikunir No. 14, Jakasampurna, Kota Bekasi, pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Dalam paparannya, Nasir, yang dikenal sebagai anak seorang petani dan memberikan dedikasinya untuk media, menekankan pentingnya budaya membaca dan menulis bagi seorang jurnalis harus memiliki karya.
“Seorang jurnalis tidak boleh berhenti membaca. Semua jenis media—baik televisi, online, maupun cetak—harus terus dipantau. Tidak membaca sama saja dengan tidak bekerja,” tegasnya.
Ia mengingatkan, ketidakmampuan jurnalis dalam berdialog atau memahami narasumber sering kali berakar dari minimnya referensi bacaan.
“Kalau jurnalis tidak berani ngobrol, takut ditanya, bahkan tidak nyambung, biasanya karena kurang baca dan tidak menulis,” tambahnya.
Menurut Nasir, seorang wartawan juga harus fokus pada bidang liputannya. Dengan jam terbang tinggi, kualitas dan produktivitas akan meningkat secara alami.
“Jam terbang itu penting. Makin sering menulis, makin dikenal masyarakat. Dalam dua tahun saja, jika konsisten, orang akan tahu Anda ahli di bidang itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nasir melihat media bukan sekadar ruang informasi, tetapi juga tempat pembentukan karakter dan reputasi.
“Media itu panggung. Siapa tahu dengan seringnya membaca juga menulis, Anda dipanggil jadi wali kota atau anggota dewan. Lihat saja Kwik Kian Gie, dari wartawan jadi menteri ekonomi,” pungkasnya.
(Mardiyanto)