Abdul Harris Bobihoe Bicara Peluang Emas di Kota Bekasi dari Pengolahan Sampah

INSKA NEWS

INSKA NEWS, Bekasi – Forum Asistensi Media Nasional (DPP AsMEN) kedatangan tamu istimewa, Calon Wakil Walikota Bekasi, Dr. H. Abdul Harris Bobihoe, M.Si., dalam rangka wawancara podcast di studio AsMEN, pada Jumat (18/10) 

Pria kelahiran Gorontalo, 18 September 1963, yang menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah atas di Manado ini, merupakan politisi Partai Gerindra yang berpasangan dengan Tri Adhianto, Calon Wali Kota Bekasi untuk periode kedua, diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pilkada 2024.

Dalam podcast tersebut, Bobihoe, yang akrab disapa Bobihoe, berbagi pandangan mengenai perkembangan pembangunan Kota Bekasi dan isu-isu yang dihadapi masyarakat. Ia menekankan pentingnya mengubah mindset tentang sampah, yang selama ini dianggap sebagai masalah, menjadi peluang dan sumber penghidupan.

“Sampah itu sebagian bisa dikatakan adalah rizki dan anugerah bagi sebagian masyarakat yang mengolah limbah sampah, dan sebagian merupakan masalah yang harus ditangani. Maka itu kita robah mindset itu, sampah adalah peluang dan rizki buat mereka, maka harus kita ambil hikmahnya,” ujar Bobihoe.

Bobihoe, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPRD Jawa Barat selama dua periode (2014-2019 dan 2019-2024), mendapat mandat dari Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra dan Presiden RI Terpilih 2024-2029, untuk membangun Kota Bekasi, wilayah perbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.

Ia juga menyoroti masalah limbah di Kota Bekasi, khususnya di Bantar Gebang, Pekayon, yang menimbulkan bau tak sedap meskipun tidak ada tumpukan sampah. “Seperti contoh negara Mesir punya teknologi canggih dalam pengolahan limbah, jangan seperti Bekasi, menjadi tumpukan gunung sampah dan harus diatasi,” tegas Bobihoe.

Bobihoe juga menyinggung soal kepadatan penduduk di Kota Bekasi yang berdampak pada angka depresi yang tinggi. Ia menekankan pentingnya menciptakan destinasi wisata di Kota Bekasi agar warga tidak perlu pergi jauh untuk mencari hiburan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi angka depresi dan mencegah perilaku negatif seperti tawuran yang dipicu oleh rasa gengsi yang tidak tersalurkan.

“Kita ini sudah teracuni dengan gadget kita ini alhamdulillah sekarang, anak kecil, ibu-ibu itu biar anaknya diam kasih nonton di hp itu sebenarnya tidak mendidik,” imbuh Bobihoe.

Bobihoe menekankan pentingnya perubahan mindset dan budaya, terutama di kalangan anak-anak remaja, untuk mengatasi masalah sosial yang kompleks. Ia mendorong agar anak-anak lebih aktif dan tidak terlalu bergantung pada gadget. Namun, ia mengakui kendala dana menjadi salah satu faktor penghambat dalam mewujudkan program-program tersebut.

(Yon)

Also Read

Tags